DRADIO.ID – 02 Mei 2025 Pernahkah Anda melihat konten berisi orang yang berjoget sesuai nominal gift? atau konten orang mandi lumpur sambil bilang “Terima kasih orang baik”. Konten semacam ini bertebaran di medsos, bahkan sampai diperbincangkan di media luar.
Meski tidak ada yang salah dari perilaku tolong-menolong, namun dampak dari hadiah yang diberikan tidak sepenuhnya meringankan masalah para pengemis online.
Fenomena pengemis online ini merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan praktik seseorang yang meminta uang atau dukungan keuangan dari orang lain melalui platform online, seperti media sosial, situs web, atau aplikasi. Baru-baru ini, para pengguna TikTok tengah diresahkan dengan fenomena ini yang belakangan ramai bermunculan di platform tersebut. Pasalnya, dalam aktivitas tersebut para konten kreator melakukan eksploitasi terhadap diri sendiri, bahkan orang lain hanya demi memperoleh hadiah. Jenis aktivitas yang dilakukan juga beragam, mulai dari berendam di air kotor, mandi lumpur, sampai mengguyur diri dengan air dingin selama berjam-jam. Tidak sedikit dari objek eksploitasi tersebut merupakan orang tua atau lansia.
Meskipun beberapa pengemis online mungkin benar-benar membutuhkan bantuan finansial, namun ada juga yang hanya memanfaatkan situasi untuk memperoleh uang secara tidak jujur. Beberapa praktik penipuan yang dilakukan oleh pengemis online antara lain menggunakan cerita palsu atau menyajikan gambar yang tidak akurat untuk menipu orang agar memberikan uang.
Fenomena ini tidak hanya menciptakan citra buruk bagi pengguna media sosial di Indonesia, tetapi juga dapat merusak mental generasi muda. Kebiasaan bergantung pada belas kasihan orang lain bisa mengikis nilai kemandirian dan etika kerja.
Di sinilah pentingnya pendidikan. Bukan hanya cara menggunakan smartphone, tetapi juga bagaimana memanfaatkannya untuk hal-hal produktif. Bukan malah untuk mengemis online di TikTok.
Pendidikan yang baik bisa mengajarkan nilai-nilai kemandirian, produktivitas, dan etika digital. Dengan pemahaman yang tepat, masyarakat bisa menghindari jebakan tren instan seperti ngemis online dan lebih fokus pada cara-cara bermartabat untuk meningkatkan kualitas hidup.(ADR)