DRADIO.ID – Penggunaan vape atau rokok elektrik semakin marak dalam beberapa tahun terakhir, terutama di kalangan anak muda dan wanita. Meskipun dianggap sebagai alternatif yang lebih aman dibandingkan rokok konvensional, penelitian menunjukkan bahwa vape tetap memiliki risiko kesehatan yang signifikan. Beberapa dampak negatif yang dapat ditimbulkan oleh penggunaan vape meliputi disfungsi sel, stres oksidatif, dan kerusakan DNA, yang pada jangka panjang dapat meningkatkan risiko kanker. Oleh karena itu, pemahaman mengenai bahaya vape sangat penting, terutama bagi wanita yang rentan terhadap efek negatifnya.
Kandungan Berbahaya dalam Vape
Vape bekerja dengan memanaskan cairan khusus yang kemudian berubah menjadi uap atau aerosol. Cairan tersebut umumnya mengandung gliserin atau propilen glikol, nikotin, dan berbagai zat kimia lainnya. Selain itu, proses pemanasan menghasilkan bahan kimia berbahaya seperti logam berat, formaldehida, dan akrolein yang dapat membahayakan organ paru-paru. Dampak kesehatan akibat paparan zat-zat ini tidak bisa diabaikan, terutama bagi wanita yang memiliki kondisi biologis lebih rentan terhadap zat toksik.
Gangguan Kesuburan Akibat Vape
Salah satu dampak serius yang dapat dialami wanita akibat penggunaan vape adalah masalah kesuburan. Kerusakan DNA yang disebabkan oleh zat berbahaya dalam vape dapat mengganggu produksi hormon yang berperan dalam proses reproduksi. Hal ini membuat wanita lebih sulit untuk hamil. Selain itu, penggunaan vape yang berlebihan juga dapat merusak sel telur, yang berkontribusi pada risiko menopause dini. Kondisi ini sangat mengkhawatirkan karena tidak hanya mempengaruhi kesuburan, tetapi juga kesehatan reproduksi secara keseluruhan.
Dampak Vape terhadap Janin
Wanita hamil yang menggunakan vape juga berisiko tinggi mengalami komplikasi kehamilan. Nikotin yang terkandung dalam rokok elektrik dapat membahayakan janin, terutama dalam perkembangan otak dan paru-parunya. Selain itu, paparan zat kimia berbahaya lainnya dalam vape dapat menghambat pertumbuhan normal janin serta meningkatkan risiko gangguan metabolisme. Efek jangka panjang dari penggunaan vape selama kehamilan dapat menyebabkan bayi lahir dengan kondisi kesehatan yang buruk dan berisiko mengalami berbagai gangguan perkembangan.
Baca Juga
Bahaya Vape bagi Paru-paru dan Jantung
Penggunaan vape juga berdampak buruk pada kesehatan paru-paru dan jantung. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa paparan zat kimia dalam vape dapat menyebabkan oksidasi, toksisitas, dan peradangan pada paru-paru. Salah satu senyawa yang sering dikaitkan dengan gangguan paru-paru akibat vape adalah vitamin E asetat, yang dapat memicu kondisi e-cigarette, or vaping, product use-associated lung injury (EVALI). Gejala yang muncul akibat kondisi ini meliputi nyeri dada, sesak napas, hingga gagal napas.
Selain itu, nikotin dalam vape memiliki dampak langsung terhadap sistem kardiovaskular. Ketika nikotin masuk ke dalam tubuh, zat ini merangsang kelenjar adrenal untuk melepaskan hormon epinefrin, yang menyebabkan peningkatan tekanan darah dan detak jantung. Jika digunakan dalam jangka panjang, kondisi ini dapat meningkatkan risiko penyakit jantung serius.
Peningkatan Risiko Kanker
Bahaya lain yang tidak kalah penting adalah risiko kanker akibat penggunaan vape. Formaldehida, salah satu zat kimia yang terdapat dalam rokok elektrik, bersifat karsinogenik dan dapat memicu perkembangan sel abnormal dalam tubuh. Penggunaan vape dalam jangka panjang dapat meningkatkan kemungkinan berkembangnya berbagai jenis kanker, termasuk kanker paru-paru dan kanker mulut.
Meskipun vape sering dipromosikan sebagai alternatif yang lebih aman dibandingkan rokok tembakau, faktanya penggunaan vape tetap membawa risiko kesehatan yang serius. Dampaknya terhadap kesuburan, janin, paru-paru, jantung, dan risiko kanker menjadikannya ancaman bagi kesehatan wanita. Oleh karena itu, penting bagi wanita untuk lebih bijak dalam menjaga kesehatan dan menghindari penggunaan rokok elektrik. Jika mengalami gangguan kesehatan akibat vape, segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat guna mencegah komplikasi yang lebih parah.( DEM )