DRADIO.ID – Krinok merupakan salah satu tradisi lisan yang kaya akan nilai budaya, yang telah dipertunjukan di daerah Rantau Pandan, Muaro Bungo, Provinsi Jambi, selama beberapa abad. Tradisi ini tidak hanya menjadi bagian dari kehidupan masyarakat setempat, tetapi juga menyebar ke berbagai daerah, termasuk Bangka, Johor, Malaka, dan Pulau Pinang. Pada masa pemerintahan Kerajaan Melayu Jambi (1722-1911), seni pertunjukan Krinok mengalami perkembangan pesat, memperkuat posisinya sebagai salah satu bentuk kesenian yang berharga dalam khazanah budaya Melayu.
Krinok dapat dianggap sebagai seni vokal tradisi yang menjadi bagian integral dari kebudayaan masyarakat Melayu di Kecamatan Rantau Pandan, Kabupaten Muaro Bungo. Para seniman menjelaskan bahwa Krinok adalah salah satu jenis kesenian tertua di Jambi yang sudah ada sejak masa prasejarah. Keberadaan Krinok yang masih dapat dilihat hingga sekarang menjadi bukti pelestarian tradisi yang telah dilakukan oleh generasi sebelumnya. Pada awalnya, Krinok merupakan seni vokal sederhana, diiringi oleh musik dan tarian yang menggambarkan cerita yang dibawakan. Pertunjukan ini melibatkan sekitar 20 orang, terdiri dari pria dan wanita, di mana para pria menggunakan topeng dan wanita mengenakan kostum gemerlap, menambah keindahan visual saat pertunjukan berlangsung.

Salah satu fungsi penting dari Krinok adalah sebagai pengiring untuk Tari Tauh, yang merupakan tari yang menggambarkan interaksi antara pemuda dan pemudi setempat. Tari Tauh telah diwariskan secara turun-temurun dan sangat populer di kawasan Kecamatan Rantau Pandan dan Kabupaten Bungo. Pertunjukan Tari Tauh biasanya dilakukan dalam acara-acara penting, seperti menyambut Rajo, Berelek Gedang, dan Beselang Gedang. Istilah-istilah ini mencerminkan tradisi gotong royong masyarakat dalam kegiatan menuai padi, yang merupakan bagian penting dari kehidupan agraris mereka.
Baca Juga
Dalam pertunjukan Tari Tauh, terdapat empat pasang penari, laki-laki dan perempuan, yang mengenakan busana khas Melayu. Mereka menari diiringi oleh alat musik tradisional seperti Kelintang Kayu, Gong, Gendang, dan Biola. Alat-alat musik tersebut berfungsi untuk mengalunkan Krinok dan pantun-pantun yang dinyanyikan oleh para seniman, menambah suasana yang meriah dan menghibur. Melalui kombinasi antara tari, musik, dan vokal, Krinok dan Tari Tauh menciptakan pengalaman seni yang tidak hanya menghibur tetapi juga mendidik dan memperkuat identitas budaya masyarakat setempat.
Dengan demikian, Krinok bukan hanya sekadar seni pertunjukan, tetapi juga merupakan simbol dari kekayaan budaya dan tradisi masyarakat Melayu di Jambi. Pelestarian Krinok dan seni tradisi lainnya adalah langkah penting untuk menjaga warisan budaya ini agar tetap hidup dan relevan di tengah perubahan zaman. Melalui pertunjukan seperti Krinok, generasi muda dapat belajar menghargai dan memahami akar budaya mereka, serta melestarikan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya.