Upaya Wolbachia Cegah DBD, Dianggap Aman Bagi Manusia

Upaya Wolbachia Cegah DBD, Jenis Nyamuk Yang Dinilai Aman Bagi Manusia
Ilustrasi gambar dari nyamuk. Foto via Disway.id.

DRADIO.ID – Saat ini sedang berlangsung peralihan musim kemarau ke musim hujan. Peralihan musim tersebut sangat disyukuri karena masalah kekeringan berangsur mereda, namun yang ditakutkan pada saat musim hujan ini adanya potensi penyebaran virus Demam Berdarah Dengue (DBD) yang terjadi.

Hal itu membuat masyarakat harus pintar dalam menjaga lingkungan dan kesehatan agar tidak terkena wabah penyakit DBD.

Kementerian Kesehatan dalam konteks ini selalu mengingatkan masyarakat untuk melakukan 3M yaitu menguras, menutup dan mengubur. Hal itu memiliki pesan kepada masyarakat untuk menguras bak mandi/penampungan air, menutup wadah penampungan air dan mengubur barang-barang bekas yang dapat menampung air.

Langkah dan tindakan 3M merupakan salah satu upaya dalam mencegah terjadinya sebaran penyakit demam berdarah.

Kemudian, Kementrian Kesehatan juga menerapkan inovasi teknologi nyamuk Wolbachia dalam upaya menurunkan penyebaran DBD di Indonesia.

Dilansir dari Wartakotalive.com, teknologi Wolbachia adalah sebuah inovasi yang melengkapi strategi pengendalian yang berkasnya sudah masuk ke Stranas (strategi nasional).

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI dr. Siti Nadia Tarmizi menyatakan, bahwa teknologi ini telah terbukti efektif di beberapa negara dalam pencegahan DBD.

“Efektivitas wolbachia telah diteliti sejak 2011 yang dilakukan oleh WMP di Yogyakarta dengan dukungan filantropi yayasan Tahija,” ungkapnya.

Wolbachia dinilai dapat membunuh virus dengue pada tubuh nyamuk Aedes aegypti. Dengan hal itu, membuat virus dengue tidak akan menular ke tubuh manusia sebab virus tersebut telah dilumpuhkan.

“Jika aedes aegypti jantan berwolbachia kawin dengan aedes aegypti betina maka virus dengue pada nyamuk betina akan terblok,” jelas dr. Siti, dikutip via Wartakotalive.com.

Siti menyatakan, uji coba nyamuk Wolbachia yang telah dilakukan di Yogyakarta dan Kabupaten Bantul pada tahun 2022 mendapatkan hasil yang positif.

“Hasilnya, di lokasi yang telah disebar Wolbachia terbukti mampu menekan kasus demam berdarah hingga 77 persen, dan menurunkan proporsi dirawat di rumah sakit sebesar 86 persen,” pungkasnya.

Teknologi wolbachia ini menjadi pro dan kontra terhadap masyarakat, seperti Bali yang menolak penyebaran nyamuk Wolbachia ini. Sebab, terdapat beberapa masyarakat menolak dan menilai hal itu merupakan upaya yang cukup berisiko.

Namun, saat ini terdapat lima kota yang dijadikan pilot project, seperti Jakarta Barat, Bandung, Kupang, Kota Semarang dan Bontang.

Hal tersebut berdasarkan Keputusan Menteri kesehatan RI Nomor 1341 tentang Penyelenggaran Pilot project Implementasi Wolbachia sebagai inovasi penanggulangan dengue.

Adapun beberapa negara yang mencoba teknologi Wolbachia ini, diantaranya Brasil, Australia, Vietnam, Fiji, Vanuathu, Mexico, Kiribati, New Caledonia, Sri Lanka.

( Mh ).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *