DRADIO.ID – Dalam dunia musik, keberagaman genre dan gaya selalu menjadi sorotan. Salah satunya adalah musik acapella yang menarik banyak perhatian dan penggemar dengan keindahan suara manusia yang menjadi instrumen harmoni. Mari kita mengenang dan memperkenalkan sejarah acapella yang kaya dan beragam.
Mengenal Akar Tradisional Acapella
Asal usul musik acapella dapat ditelusuri kembali ke zaman kuno di berbagai budaya di seluruh dunia. Berbagai kelompok etnis, seperti Afro-Amerika dan Suku Zulu di Afrika Selatan, telah mempraktikkan acapella sebagai bagian dari tradisi budaya mereka. Musik acapella sering digunakan dalam ritual keagamaan atau untuk menyampaikan pesan-pesan sosial dan sejarah. Contohnya, “isicathamiya” adalah gaya acapella yang berasal dari budaya Zulu di Afrika Selatan, yang terkenal karena harmoni vokal kompleks dan gerakan tari yang sinkron.
Di Amerika, spiritual Negro juga menjadi bagian penting dari sejarah acapella. Spiritual Negro adalah lagu-lagu religius yang dinyanyikan oleh budak Afrika-Amerika pada abad ke-18 dan ke-19, mencerminkan perjuangan dan keimanan dalam situasi yang sulit.
Masa Renaissance dan Pengaruhnya
Pada masa Renaissance (abad ke-14 hingga ke-17), acapella menjadi lebih populer di kalangan gereja dan istana di Eropa. Istilah “a cappella” berasal dari bahasa Italia yang berarti “sebagai kapela” atau “di kapela”, merujuk pada musik gerejawi yang dilakukan tanpa dukungan alat musik. Gereja-gereja mulai menerapkan musik acapella sebagai bentuk penghormatan bagi Tuhan.
Selain itu, musik acapella berkembang di kalangan kelompok-kelompok vokal di Eropa, seperti Paduan Suara Kapel Sistine di Vatikan yang didirikan pada tahun 1471 oleh Paus Sixtus IV. Musik acapella di era Renaissance menampilkan harmoni vokal yang mengagumkan dan komposisi yang rumit.
Masa Abad Pertengahan hingga Awal Abad Modern
Pada abad ke-16, ketika gerakan Reformation menyebar di seluruh Eropa, gereja Protestan juga mengadopsi musik acapella dalam ibadah mereka. Martin Luther, seorang reformator Protestan, mendukung musik acapella sebagai sarana untuk menyembah Tuhan secara lebih sederhana dan mendalam. Hal ini menyebabkan pertumbuhan repertoar musik acapella dalam gereja-gereja Protestan.
Baca Juga
Pada abad ke-19, kebangkitan lagu rakyat dan kesenian etnis membantu mempertahankan tradisi acapella dalam budaya masyarakat, terutama di Amerika Serikat. Pada masa ini, banyak kelompok vokal amatir muncul di berbagai negara, yang menyemarakkan acapella sebagai bentuk hiburan.
Acapella di Era Modern dan Populer
Seiring dengan berkembangnya industri musik dan kemajuan teknologi rekaman, popularitas musik acapella meningkat di abad ke-20. Berbagai grup vokal seperti The Mills Brothers, The Andrews Sisters, dan The Beach Boys menjadi populer dengan membawakan musik acapella.
Pada tahun 1980-an dan setelahnya, acapella semakin populer dengan munculnya grup vokal seperti Take 6, Boyz II Men, dan Pentatonix. Mereka membawa pendekatan modern dan gaya yang segar dalam menyanyikan lagu-lagu populer tanpa menggunakan alat musik. Video-video mereka yang viral di platform media sosial membantu meningkatkan popularitas acapella di kalangan generasi milenial dan seterusnya.
Kesimpulan
Acapella telah menjadi bagian integral dari budaya musik dunia selama berabad-abad. Dari akar tradisionalnya hingga perkembangan di era modern, musik acapella telah menyatu dengan berbagai budaya dan menciptakan harmoni vokal yang indah. Dengan kehadiran grup-grup vokal modern, acapella tetap menjadi gaya musik yang menarik dan menginspirasi para penikmat musik di seluruh dunia. Suara manusia sebagai instrumen harmoni terus mengukir sejarah dan memperkuat keberagaman dunia musik.( yy )