DRADIO.ID-Jika kita mengunjungi kota Jambi, maka akan menemukan nama daerah Telanai Pura. Telanaipura adalah sebuah kecamatan di Kota Jambi. Kecamatan ini adalah kecamatan terbesar di Jambi, di kecamatan ini terdapat Kantor Gubernur Jambi. Sebagian besar kantor-kantor Pemerintah Provinsi Jambi terletak di Kecamatan Telanaipura.
Nama ini mengacu pada satu tokoh bernama Tun Telanai. Oemar Ngebi Sutodilago dalam undang-undang piagam dan kisah Negeri Jambi (1937) menulis Tun Telanai menjadi Raja Jambi setelah Dewa Sekerabah atau digelar Si Pahit Lidah wafat. Keberadaan Tun Telanai sebagai raja Jambi di rekam pula dalam Kolonial Institut oleh M. M. H. Mennez yang menulis raja ini berasal dari orang Timur yaitu Serawak atau Brunai. Gelar Tun atau Tan rasanya bukanlah gelar yang berlaku umum di kerajaan Jambi. Gelar Tun ini sampai sekarang di pakai di Malaysia.
Sejarah Melayu karya Tan Sri Lanang 1612 (WG Shellabear, 1982) mengambarkan sosok Tun Telanai sebagai berikut; “maka Tun Telanai pun berlayarlah ke benua Cina, maka dengan takdir Allah Ta’ala lah angin besarpun turunlah, maka Tun Telanai pun bias ke Brunai. Telah terdengar oleh Baginda, Maka Tun Telanai dan Jana Putra pun datang menghadap raja Brunai. Telah datang musim akan pulang maka Tun Telanai dan Meteri Jana Putra pun bermohonlah pada Sang Aji Brunai hendak kembali ke Melaka. Setelah itu maka Tun Telanai dengan Menteri Jana Putra kembalilah, telah sampai ke Melaka”. Informasi lain dalam sejarah melayu tersebut, Tun Telanai di utus oleh Sultan Mansyur Syah (1456-1477). Keberadaan Tun Telanai di Jambi dan menjadi raja sebagai mana diungkap Sutodilogo mendapat kebenaran walau tidak disebut nama dalam kalimat, Bendahara Tun Perak mengambil polisi melindungi negeri-negeri Melayu (dari ancaman musuh tradisinya negeri Siam) di Semenanjung dan beberapa bagian di sumatra seperti Kampar, Indragiri, Jambi, Bengkalis, pulau-pulau Karimun, Bintan, Pasai, Siak/Kepulauan Lingga (D. G. E. Hall 1966 dan Shafie Abu Bakar 1982).
Baca Juga
Tun Telanai sebagai raja Jambi di rekam pula dalam Kolonial Institut oleh M. M. H. Mennez yang menulis raja ini berasal dari orang Timur yaitu Serawak atau Brunai. Gelar Tun atau Tan rasanya bukanlah gelar yang berlaku umum di kerajaan Jambi. Gelar Tun ini sampai sekarang di pakai di Malaysia. Keberadaan Tun Telanai di Jambi dan menjadi raja sebagai mana diungkap Sutodilogo mendapat kebenaran walau tidak disebut nama dalam kalimat. Dengan demikian kedudukan Tun Telanai sebagai penguasa di Jambi dapat dikatakan menjaga keselamatan alur pelayaran, Selat Melaka yang tentu merupakan urat nadi posisi strategis Malaka itu sendiri. Istilah melayunya, menjaga kemudahan laluan perairan Selat Melaka-Kepulauan Melayu dan Laut Cina Selatan.