Dradio.id, JAMBI – Produksi ikan patin di tengah pandemi covid-19 mengalami penurunan. Ini disebabkan melemahnya sektor ekonomi, sehingga daya beli masyarakat berkurang untuk mengkonsumsi ikan.
“Kalau produksi petani tetap,” kata Ramahdani Putri Kabid Budidaya Dinas Perikanan Provinsi Jambi, Senin (3/8).
Lanjutnya, produksi ikan patin terbanyak ada di Kabupaten Muarojambi, kemudian di Kabupaten Batanghari. Kata dia, sebelum datangnya covid-19 di Proavinsi Jambi mencapai 5 ton hingga 7 ton dalam satu hainya, namun saat ini hanya mencapai 2 ton perhari.
“Ikan yang harusnya sudah memasuki masa panen dan bisa dijual habis, sekarang menumpuk di petani karena kurang pembeli,” tambahnya.
Ramahdani menyebutkan, dengan menumpuknya ikan patin di kolam petani tentunya butuh waktu untuk menghabiskan ikan yang ada di kolam. Selain itu, petani juga harus terus memberikan pakan kepada ikan yang ada di kolamnya. Sehingga pengeluaran petani bertambah.
“Ini lah yang membuat petani rugi, biasanya yang empat bulan sudah habis, sekarang butuh waktu enam bulan untuk menghabiskan ikan patin ini,” sebutnya.
Baca Juga
Selanjutnya, untuk harga patin di tengah pandemi covid ini mengalami penurunan, yang saat ini mencapai Rp 14 ribu perkilogramnya, namun untuk saat ini perlahan kembali normal yakni mencapai Rp 14.700 perkilogramnya. Diperkirakan harga patin akan kembali normal mencapai Rp 15 ribu perkilogramnya.
“Kalau harganya di bawah Rp 14 ribu artinya masyarakat rugi, tapi kalau di atas itu maka mereka bisa mendapatkan untung,” ungkapnya.
Selain itu, ikan patin Jambi ini juga telah di ekspor ke Provinsi Jambi seperti Pekan Baru Riau dan Sumatera Selatan. Namun karena adanya covid permintaan juga kurang. “Biasanya ada empat ton, tapi kalau di Provinsi tetangga juga panen patin jadi permintaannya menjadi kurang,” tandasnya.
sumber : jambi independent